Bacaan Rukuk Allahumma laka rakatu wabika aamantu
Bacaan Rukuk “Allahumma laka raka’tu wabika aamantu” ini merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah Fiqih Doa dan Dzikir yang disampaikan oleh Ustadz Abdullah Zaen, M.A. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Senin, 14 Rabiuts Tsani 1447 H / 6 Oktober 2025 M.
Kajian Tentang Bacaan Rukuk “Allahumma laka raka’tu wabika aamantu”
Hari ini membahas bacaan keenam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, yang mungkin banyak orang baru mengetahuinya. Bacaan tersebut adalah:
اللَّهُمَّ لَكَ رَكَعْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَلَكَ أَسْلَمْتُ خَشَعَ لَكَ سَمْعِي وَبَصَرِي وَمُخِّي وَعِظَامِي وَعَصَبِي
“Ya Allah, hanya untuk-Mu aku rukuk. Kepada-Mu aku beriman. Dan untuk-Mu aku berIslam (berserah diri). Tunduk kepada-Mu pendengaranku, penglihatanku, otakku, tulangku, dan urat-uratku.” (HR. Muslim)
Bacaan ini memiliki makna yang mendalam. Ia menunjukkan totalitas kepasrahan seorang hamba dalam rukuk, bahwa seluruh anggota tubuhnya tunduk dan khusyuk hanya kepada Allah Subhanahu wa Taala.
Bacaan Rukuk: Makna dan Kandungan Doanya
Pertama, bacaan ini dibuka dengan doa: Allahumma laka raka’tu “Ya Allah, hanya kepada-Mu aku rukuk.” Rukuk hanya boleh dilakukan kepada Allah karena rukuk termasuk ibadah. Sedangkan ibadah tidak boleh ditujukan kepada selain Allah.
Pada masa penjajahan Jepang, bangsa Indonesia pernah diperintahkan untuk rukuk kepada matahari, sebab orang-orang Jepang kala itu menyembah matahari. Namun para ulama kita dengan tegas menolak perintah tersebut, meskipun harus menghadapi penjara dan siksaan. Mereka tetap konsisten mempertahankan akidah karena mengetahui bahwa rukuk adalah bentuk ibadah yang hanya boleh ditujukan kepada Allah.
Kalimat اللَّهُمَّ لَكَ رَكَعْتُ bermakna “Ya Allah, hanya kepada-Mu aku rukuk.” Dalam kaidah bahasa Arab, susunan aslinya adalah raka’tu laka (aku rukuk kepada-Mu), namun kata laka (kepada-Mu) dipindahkan ke depan menjadi laka raka’tu untuk memberikan makna pembatasan (al-hasr), yaitu “hanya kepada-Mu.”
Selanjutnya, bacaan berikutnya dalam doa tersebut adalah: Wabika aamantu walaka aslamtu. “Kepada-Mu aku beriman dan untuk-Mu aku berislam.” Dalam kalimat ini terdapat dua istilah penting: iman dan Islam.
Iman berkaitan dengan keyakinan batin yang tertanam dalam hati, seperti meyakini bahwa Allah ada, bahwa Dialah yang menciptakan alam semesta, memberi kehidupan, mendatangkan kematian, memberi rezeki, dan menyembuhkan penyakit.
Dokter memang berperan memberikan resep dan ikhtiar pengobatan, tetapi keyakinan seorang mukmin tetap harus tertuju kepada Allah sebagai satu-satunya Dzat yang menyembuhkan. Maka, seorang Muslim beriman kepada Allah dalam hatinya dan berserah diri secara lahir dengan amal perbuatannya—itulah makna Wabika aamantu.
Kemudian dilanjutkan dengan bacaan walaka aslamtu yang artinya, “Dan hanya kepada-Mu aku berserah diri (berislam).” Jika iman itu berkaitan dengan sesuatu yang ada di dalam hati, maka Islam identik dengan sesuatu yang bersifat lahiriah. Sesuatu yang tampak dan terlihat dalam perbuatan.
Rukun Islam terdiri atas syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji. Semua itu merupakan amal lahiriah. Syahadat terucap dan terdengar, shalat terlihat, puasa juga tampak dari sahur dan berbuka, zakat kelihatan karena diberikan kepada orang lain, dan haji pun terlihat jelas pelaksanaannya.
Maka, iman harus diiringi dengan Islam. Tidak cukup seseorang hanya berkata bahwa ia beriman, tetapi tidak melaksanakan shalat. Karena sesuatu yang ada dalam hati harus dibuktikan dengan amal. Pembuktiannya ialah dengan menjalankan syariat Islam.
Sebagaimana seseorang yang mengaku cinta kepada pasangannya, tetapi tidak pernah memberi nafkah, tidak memperhatikan, atau membiarkan ketika pasangannya sakit, tentu itu bukan cinta sejati. Itu cinta palsu. Maka, cinta harus dibuktikan. Begitu pula iman kepada Allah, harus dibuktikan dengan amal nyata.
Bukti keimanan itu antara lain salat, puasa, zakat, dan haji bagi yang mampu. Semuanya merupakan wujud nyata dari iman seseorang. Karena dalam agama kita, tidak cukup hanya sekadar “eling” (ingat). Ingat saja tanpa amal belum cukup. Ingat kepada Allah harus dibuktikan dengan amal, yaitu ketika muadzin menyeru, maka segera bangkit melaksanakan shalat.
Download mp3 Kajian
Podcast: Play in new window | Download
Mari turut membagikan link download kajian Bacaan Rukuk “Allahumma laka raka’tu wabika aamantu” ini ke jejaring sosial Facebook, Twitter atau yang lainnya. Semoga menjadi pembuka pintu kebaikan bagi kita semua. Jazakumullahu Khairan.
Telegram: t.me/rodjaofficial
Facebook: facebook.com/radiorodja
Twitter: twitter.com/radiorodja
Instagram: instagram.com/radiorodja
Website: www.radiorodja.com
Dapatkan informasi dari Rodja TV, melalui :
Facebook: facebook.com/rodjatvofficial
Twitter: twitter.com/rodjatv
Instagram: instagram.com/rodjatv
Website: www.rodja.tv
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/55657-bacaan-rukuk-allahumma-laka-rakatu-wabika-aamantu/